Mendapatkan keuntungan pada trading di pasar forex merupakan hal yang bisa dengan mudah didapatkan. Salah satu cara yang mutlak Anda lakukan adalah menerapkan strategi yang tepat untuk digunakan. Hal yang menjadi permasalahan adalah seorang trader pemula belum memahami dengan baik, strategi apa saja yang tepat untuk dilakukan.
Salah satu strategi yang banyak digunakan oleh para pemula adalah dengan menggunakan analisis teknikal. Analisis teknikal yang dilakukan membutuhkan indikator agar Anda bisa sukses mendapatkan profit yang optimal.
Lalu, manakah indikator teknikal yang cocok untuk diterapkan para trader pemula?
Dalam kesempatan kali ini, kami akan mencoba untuk menjelaskan kepada Anda tentang 3 buah indikator yang tepat untuk digunakan para pemula.
Mari kita simak penjelasannya di bawah ini.
1.Moving Average
Indikator yang satu ini bermanfaat untuk memperluas pergerakan harga yang sedang terjadi. Cara kerja indikator ini sangat sederhana, dimana MA akan mengambil data harga dari sejumlah candlestick yang sudah Anda tentukan dan selanjutnya melakukan rata-rata.
Contoh sederhananya seperti ini, Anda melakukan input MA 5 pada kolom period, maka indikator MA akan mengambil rata-rata dari 5 candlestick terakhir dan melakukan input atas data tersebut dalam bentuk garis.
Semakin besar angka yang Anda input di dalam kolom period, maka akan semakin halus garus yang terbentuk.
Para trader biasanya akan menggunakan 2 garis dengan nilai period yang berbeda. Apabila garis MA dengan nilai kecil memotong MA dengan nilai besar dari atas, maka pada umumnya harga akan mengalami penurunan dan trader akan mulai mengambil posisi “Sell”.
Di sisi yang lain, apabila garis MA yang bernilaikecil memotong MA dengan nilai besar dari bawah, maka trader biasanya akan membuka posisi “Buy”. Kami sangat menyarankan Anda untuk menggunakan time frame yang besar agar bisa mendapatkan sinyal yang lebih akurat.
2.Relative Strength Index
Selanjutnya agar bisa memperkuat sinyal Moving Average, Anda bisa menggunakan indikator RSI. Indikator ini diciptakan oleh Welles Wilder pada tahun 1978 dan fungsi dari indikator ini adalah untuk memperhalus tampilan indikator momentum. Banyak sekali trader yang menggunakan indikator RSI untuk menunjukkan level overbought dan oversold.
Di dalam layar indikator RSI akan terdapat 3 garis putus-putus yang masing-masing memiliki nilai 30, 50, dan 70. Hal yang perlu Anda perhatikan adalah saat garis RSI jatuh ke bawah garis 30 atau naik ke atas garis 70. Kedua kondisi yang ada di atas mengindikasikan bahwa harga sudah masuk pada level overbought atau oversold.
Saat berada di bawah garis 30, hal ini artinya harga sudah masuk pada kondisi oversold atau jenuh jual. Kondisi ini akan mengindikasikan bahwa harga akan segera berbalik ke atas dan akan semakin banyak trader yang beralih membuka posisi “Buy” untuk mendapatkan untung.
Hal sebaliknya, saat garis RSI berada di atas level 70, hal ini artinya harga sudah masuk kondisi overbought. Hal ini menunjukkan bahwa harga akan segera bergerak turun dan akan semakin banyak trader yang membuka posisi Sell.
Hal penting yang perlu Anda perhatikan adalah pastikan kondisi di atas saat pasar sedang bergerak sideways. Saat kondisi pasar sedang trending, maka sebaiknya Anda mengabaikan indikator ini karena RSI akan memberikan sinyal yang salah dan tidak akurat.
Baca Juga: Mengenal Transaksi Valuta Asing
3.Stochastic Oscillator
Indikator yang satu ini memiliki fungsi yang hampir sama dengan RSI yaitu sebagai pengukur momentum harga yang sedang terjadi. Indikator yang satu ini bisa memperlihatkan bahwa harga sudah masuk ke dalam kondisi overbought atau oversold.
Overbought terjadi saat harga bergerak di atas garis 80, sedangkan oversold saat harga bergerak di bawah garis 20.
Hal yang menarik adalah Stochastic Oscillator memiliki kelebihan lain dibandingkan dengan RSI. Dimana, saat kedua garis indikator masuk ke level overbought, maka pada umumnya harga akan kembali bergerak ke bawah dan begitu juga sebaliknya saat kondisi oversold.
Tidak hanya itu saja, indikator ini juga bisa memperkuat sinyal untuk membuka posisi buy atau sell yang didapatkan dari indikator Moving Average. Saat kedua garis indikator Stochastic berpotongan di area overbought atau di atas 80, ini merupakan sinyal untuk mengambil posisi “Sell”. Sebaliknya, saat kedua garis Stochastic berpotongan di area oversold, maka Anda bisa membuka posisi “Buy”.
Jika dibandingkan dengan indikator yang lain, 3 jenis indikator di atas merupakan indikator yang mudah untuk digunakan. Oleh karena itu, kami sangat menyarankan para pemula untuk menerapkan indikator yang ada di atas.
Anda bisa mendapatkan sinyal yang kuat saat 3 indikator yang ada di atas memberikan indikasi yang sama. Lanjutkan dengan membuka posisi beli/jual untuk bisa mendapatkan keuntungan dari aktivitas trading yang Anda lakukan.
Demikianlah 3 jenis indikator terbaik yang bisa Anda terapkan sebagai seorang trader pemula. Kami berharap penjelasan yang ada di atas bisa memberikan banyak manfaat untuk Anda semua yang telah membacanya.
Masih bingung?
Anda bisa mengajukan pertanyaan berkaitan dengan topik di atas atau hal lain kepada kami melalui kolom komentar yang ada di bawah ini. Kami akan dengan senang hati menjawab setiap pertanyaan yang masuk untuk menjawab setiap masalah Anda.
Jangan lupa untuk membagikan artikel ini melalui media sosial yang dimiliki agar semakin banyak orang yang mengetahui penjelasan di atas.
Selamat mencoba!
Baca Juga: 5 Tanda yang Mengidentifikasi Bahwa Anda Siap Membuka Akun Real