Secara definisi, stop out dalam trading forex merupakan penutupan paksa atas posisi yang merugi yang dilakukan oleh server. Ini dilakukan ketika klien tidak mempunyai dana yang cukup untuk mendukung posisi yang dibuka. Tiap-tiap broker memiliki ukuran terkait stop out itu sendiri. Dalam keadaan ketika terdapat lebih dari satu posisi yang mengalami kerugian, maka posisi yang mengalami kerugian paling besar akan ditutup pertama kali. Stop out biasanya disebut juga dengan margin call.
Stop Out dalam Trading Forex
Agar tidak terkena stop out, Anda harus mampu membatasi resiko pada momen entry. Ada baiknya Anda menggunakan stop loss, apapun strategi trading yang Anda gunakan. Dengan tidak membatasi resiko ini menandakan Anda melakukan trading dengan mempertaruhkan semua dana di akun Anda pada setiap kali Anda melakukan entry. Trading tanpa membatasi resiko (stop loss) seumpama Anda berkendara dengan kecepatan maksimal namun rem kendaraan Anda blong. Berbahaya. Sangat berbahaya bisa dibilang. Tanpa stop loss, cepat atau lambat Anda bisa terkena stop out.
Trader yang sudah banyak makan asam garam menyarankan Anda untuk memperhitungkan besaran resiko. Mereka menyarankan besarnya resiko antara 2% sampai dengan 5% dari equity saat ini, bukan dari balance. Di mana equity merupakan penjumlahan dari balance dan floating profit/loss. Floating profit merupakan posisi terbuka yang sedang mengalami keuntungan. Sedangkan floating loss merupakan posisi terbuka yang sedang rugi. Jika dalam keadaan tidak ada posisi yang terbuka maka equity bernilai sama dengan balance.
Contoh Stop Out
Sebagai contoh, equity Anda saat ini USD 1000. Anda lalu trading dengan akun mini pada pasangan mata uang EUR/USD. Maka untuk 0,1 lot ( 1 mini lot) nilai per pip-nya adalah USD 1. Jika Anda tentukan resiko sebesar 5%, maka USD 1000X5% =USD 50. Misal, stop loss yang Anda tentukan pada posisi ini sebesar 25 pip, maka nilai per-pip nya adalah USD 50/25=USD 2. Jadi dalam kondisi ini Anda harus trading dengan 0.2 lot (atau 2 mini lot) dengan nilai per pip-nya menjadi USD 2. Namun jika stop loss Anda 50 pip, maka nilai per pip nya adalah USD 50/50=USD 1; Anda harus trading dengan 0,1 lot (atau 1 mini lot) dengan nilai per pip sebesar USD 1. Jika seandainya trade ini loss, maka equity Anda adalah USD 1000-USD 50 dengan jumlah USD 950.
Jika Anda akan entry lagi pada pasangan mata uang tersebut dengan resiko yang sama (5%), maka besarnya resiko dihitung dengan cara: USD 950 x 5% maka hasilnya USD 47.50.
Lalu jika kemudian Anda menentukan stop loss Anda sebesar 35 pip, maka nilai per pip-nya sebesar USD 47.50/35=USD 1.35. Dalam hal ini Anda bisa trading dengan 0.13 lot (angka yang dibulatkan). Kalau misalnya dalam trading ini Anda bisa profit 100 pip atau USD 130, maka equity Anda akan menjadi USD 950 dijumlah USD 130 totalnya USD 1,080. Jika Anda akan melakukan entry lagi maka besarnya resiko sejumlah USD 1080×5% = USD 54. Dengan demikian resiko Anda untuk setia trading yang Anda lakukan akan terkontrol.
Jadi Kapan Waktu Terbaik Melakukan Stop Out?
Berbagai penjabaran ini kemudian memberikan sebuah kesimpulan tentang momen kapan sebaiknya Anda mempertimbangan melakukan Stop Out. Pertimbangannyaa berdasar pada, pertama perhatikan saat memilih leverage. Memilih leverage kecil berarti Anda harus memastikan punya dana yang cukup untuk mempertahankan posisi trading. Kedua, mengurangi resiko. Jangan ceroboh dengan membuka lebih dari 1 posisi serta perhatikan used margin dan available margin. Ketiga mempertimbangkan stop loss untuk mencegah kerugian mencapai batas stop out.
Keempat, menerapkan dahulu money management untuk mengatur resiko trading. Ingat untuk memperhitungkan kerugian maksimal dari level stop out broker saat Anda mempertimbangkan besar resiko tiap trading. Kelima, memperhatikan momen suntik dana ke akun trading Anda, melakukan penutupan posisi trading secara manual serta mengantisipasi strategi hedging. Yang terakhir adalah melakuakan pertimbangan dalam kondisi emosi yang stabil. Anda tidak boleh terpancing rasa nafsu untuk membuka posisi tanpa rencana atau membuka banyak posisi dengan motif “balas dendam” atas kekalahan trading sebelumnnya.