Bagaimana Kabar Euro Setelah UU Brexit – Seperti yang diketahui jika belakangan ini sedang ramai adanya kabar UU Brexit. UU Brexit, berisi tentang keputusan keluarnya Inggris dari Uni Eropa. keputusan tersebut, didasarkan dari hasil referendum pada tanggal 23 juni 2016 lalu. Brexit sendiri merupakan akronim dari Britain exid. Akronim Brexit mirip dengan Grexit. Grexit adalah akronim dari Gree Exit. Grexit sendiri sempat populer ketika yunani dilanda masalah politik dan ekonomi, kemudian juga keluar dari keanggotaan Uni Eropa.
Inggris Keluar Dari Uni Eropa (Brexit)
Alasan Inggris keluar dari Uni eropa sendiri karena mayoritas rakyat Inggris, menginginkan Inggris keluar dari Uni Eropa. Tepatnya sekitar 52 % orang ingin Inggris keluar dari Uni Eropa. Bahkan saat itu, ada sekitar 30 juta orang rakyat inggris yang memberikan suaranya. Bisa juga dikatakan 71,8% orang dari total rakyat Inggris, ikut serta dalam pemberian suara tersebut. Selain itu sejak tahun 1975 saat referendum Brexit pertama, Inggris mengangap tidak mempunyai hak suara di Uni Eropa. Disamping itu tingkat imigrasi yang tinggi, membuat Inggris ingin mengotrol perkembangan usahanya sendiri dalam segala aspek. Hal tersebut adalah alasan utama inggris ingin keluar dari Uni Eropa.
Setelah UU brexit, perekonomian Inggris sendiri awalnya mengalami goncangan. Bahkan nilai pounds sendiri juga sempat melemah. Nilai tukar dari mata uang Inggris poundsterling sendiri, terus bergerak ke level terendah. Namun seiring berjalannya waktu, sepertinya Inggris bisa bertahan melewati goncangan awal. Namun UU Brexit ini bukan hanya berpengaruh ke poundsterling saja, tapi juga berpengaruh pada EURO. Mengingat Euro adalah mata uang resmi Uni Eropa dan Inggris sebelumnya juga anggota Uni Eropa.
Bagaimana Kabar Euro Setelah UU Brexit
EURO berbeda dengan mata uang dunia lainnya. Dalam EURO tidak ada faktor ekonomi tunggal. Jadi kesehatan atau pertumbuhan ekonomi EURO, didasarkan pada kondisi 17 negara anggota Uni Eropa secara keseluruhan. Bahkan kondisi yang berbeda dari dua negara bisa berpengaruh pada nilai EURO. Kita ambil contoh, Jerman mengalami pertumbuhan yang kuat, disisi lain Spanyol mengalami defisit. Maka nilai EURO, akan dipengaruhi oleh kinerja kedua negara tersebut. Hal ini tek berbeda jauh dengan yang terjadi saat ini. Saat inggris memutuskan Brexit dari Uni Eropa, maka akan berdampak pada EURO.
Perlu diketahui, bahwa Inggris belum mengadakan referendum saja EURO dan GBP sudah turun. Hal ini bisa dilihat dari jatuhnya GBP yang merupakan mata uang nasional Inggris ke $ 1,35. Bahkan bisa saja nilainya akan menjadi lebih rendah. Disisi lain, EURO dan sebagian besar mata uang EROPA juga menunjukan penurunan yang signifikan di sebagian besar pasangan mata uang. Brexit berdampak pada nilai tukar mata uang EURO yang sulit diprediksi dan menjadi inti permasalahan bagi trader. Disamping itu, brexit juga mengakibatkan perusahaan-perusahaan Eropa harus mengalami kerugian.
Penyebabnya karena revaluasi investasi mereka di Inggris. Apalagi dengan pounds diprediksi bakal terdepresiasi, maka profit yang didapat jika ditukar EURO pun akan lebih sedikit. Bahkan karena brexit ini, nilai EURO akan terus berada di level rendah. Sedangkan partisipasi pasar sendiri, sepertinya tidak siap untuk menghadapi melemahnya EURO. Meski brexit ini berpengaruh pada melemahnya pergerakan EURO, namun hal ini hanya akan terjadi sementara saja. Bisa dibilang hanya akan terjadi di awal saja. Hal ini karena, meski pergerakan EURO melemah pasca brexit, namun peningkatan votalitasnya tidaklah buruk.
Meski demikian Brexit tetaplah tidak diinginkan bagi mayoritas negara. Hal ini karena, Brexit bukan hanya akan berdampak pada nilai tukar atau pergerakan EURO saja. Namun dengan adanya Brexit, bisa juga berdampak pada perekonomian Uni Eropa. Efek Brexit dalam perekonomian uni eropa lebih terasa dalam hal pasar finansialnya. Dengan adanya referendum tahun 2016 kemarin saja, saham eropa sudah anjlok sebanyak 24%.
Apalagi kalau Inggris benar-benar keluar, tentu saja harga saham dari negara eropa akan mengalami kekacauan. Inggris sendiri berniat untuk memulai proses brexit pada akhir bulan Maret 2017. Artinya Inggris diperkirakan akan resmi keluar dari Uni Eropa pada musim panas tahun 2019. Hal ini karena untuk benar-benar keluar dari uni eropa membutuhkan waktu sekitar 2 tahun.
Namun hal ini juga tergantung pada kesepakatan yang tercapat dalam perundingan antara inggris dan Uni Eropa. Seperti yang kita tahu untuk keluar dari Uni Eropa atau melakukan Brexit, Inggris harus meminta persetujuan dari negara eropa lainnya. Hal ini mengacu pada pasal 50 perjanjian Lisbon yang memberikan waktu pada kedua belah pihak (Inggris dan EU).