China merupakan salah satu negara yang berada di kawasan Asia dengan laju perekonomian yang tinggi. Tidak tanggung-tanggung, China menduduki peringkat kedua setelah Amerika Serikat sebagai negara yang memiliki pengaruh ekonomi tinggi di pasar Internasional. Hal inilah yang menyebabkan China selalu dikaitkan dengan masalah ekonomi yang ada, apalagi jika masalah ekonomi tersebut berakar dari negara itu sendiri.
Salah satu berita besar sehubungan dengan perekonomian di China adalah devaluasi yang dilakukan terhadap mata uang Yuan. Devaluasi sendiri diartikan sebagai penurunan nilai mata uang suatu negara terhadap nilai mata uang negara lain. Devaluasi terhadap Yuan ini diperkuat dengan pernyataan dari Bank Sentral China, PBOC yang memutuskan untuk menurunkan nilai tukar Yuan terhadap mata uang US dollar.
Salah satu alasan kuat mengapa Bank Sentral China sampai mengambil keputusan riskan ini dikarenakan pemerintah China merasa bahwa perekonomian domestik negara sangat lambat. Ketika devaluasi diberlakukan harapannya dapat memompa kembali roda perekonomian dalam negeri, menjadi pemicu meningkatnya konsumsi dalam negeri serta meningkatkan ekspor produk China ke pasar Internasional.
Perlambatan Ekonomi China
Seperti yang telah dikatakan sebelumnya jika China adalah negara yang memiliki andil dalam kualitas penggerak ekonomin dunia. Akan sangat mengherankan jika tiba-tiba devaluasi dilakukan dengan alasan perekonomian dalam negeri yang melambat. Lalu apakah alasan yang mendasari perlambatan ekonomi yang dialami China ini?
Ketika suatu negara sedang mengalami perlambatan ekonomi, hal ini menandakan kegiatan ekonomi dalam negeri kehilangan gairah baik dalam sisi produksi maupun sisi konsumsi. Hal ini bisa disebabkan oleh beberapa faktor yang diantaranya:
- Suku bunga Bank Sentral yang terlalu tinggi mengakibatkan suku bunga kredit perbankan ikut melonjak sehingga para kreditur enggan melakukan pinjaman modal untuk usaha. Hal ini berimbas dengan adanya beberapa sektor riil seperti manufaktur, jasa dan perdagangan tidak melakukan kegiatan ekonomi secara maksimal.
- Biaya ekonomi yang terlalu tinggi. Ketika biaya produksi meningkat, sebagian biaya tersebut akan dibebankan kepada produk yang siap dijual sehingga konsumen harus ikut merasakan kenaikan harga barang yang akan dikonsumsi tersebut.
Dampak devaluasi Yuan bagi perekonomian China
Melakukan devaluasi yang merupakan tindakan beresiko tentu bukan tanpa alasan. Diharapkan devaluasi yang dilakukan memiliki dampak untuk memperbaiki ekonomi negara China seperti diantaranya:
Meningkatkan transaksi perdagangan – dengan melemahnya nilai mata uang Yuan, diharapkan dapat memompa kegiatan ekspor-import di China. Sebab semakin menurunnya nilai mata uang sampai pada level tertentu akan membuat harga produk domestik menjadi lebih kompetitif dan mampu bersaing di pasar Internasional.
Meningkatkan konsumsi domestik – devaluasi yang dilakukan diharapkan dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi yang didorong oleh faktor konsumsi domestik. Apabila harga produk dirasa lebih terjangkau maka konsumsi dalam negeri juga akan meningkat.
Dampak devaluasi Yuan terhadap ekonomi Asia dan Dunia
Kuatnya tonggak perekonomian China di kancah dunia tentu membuat pengaruh besar setelah devaluasi ini dilakukan. Ketika Yuan melemah, maka kurs US Dollar akan menguat dan semakin mengikis nilai tukar mata uang lainnya termasuk Rupiah dan negara-negara lain. Negara yang mengalami hal ini akan semakin tercekik oleh kenaikan kurs US Dollar yang terjadi. Kesimpulannya, semakin tinggi kurs dollar maka semakin tinggi nilai tukar terhadap mata uang lainnya.
Namun di sisi lain, kebijakan mendevaluasi mata uang Yuan akan menjadikan mata uang ini semakin murah sekaligus menjadi keuntungan bagi perekonomian negara terebut dan negara pengimpor. Produk dari China pasti akan membludak di pasar global dengan harga yang kompetitif dan importir dari negara lain akan menikmati keuntungan dari harga pasar yang lebih murah.