Depresiasi mata uang dalam konteks dolar AS mengacu pada penurunan nilai relatif dolar terhadap mata uang lainnya. Misalnya jika 1 dolar AS dapat ditukar dengan 1 dolar Kanada, maka uang tersebut dideskripsikan sebagai paritas. Jika nilai tukar bergerak dan 1 dolar AS sekarang dapat ditukar dengan 0,85 dolar Kanada, maka dolar AS telah kehilangan nilainya dibandingkan dengan mitra Kanada-nya. Inilah yang disebut dengan depresi.
Berbagai faktor ekonomi dapat berkontribusi terhadap terjadinya depresi USD, seperti kebijakan moneter, inflasi, permintaan mata uang, pertumbuhan ekonomi maupun harga ekspor.
-
Faktor Ekonomi yang Membuat Trader Meninggalkan USD – Kebijakan Moneter
Federal Reserve atau yang juga dikenal dengan nama The Fed menerapkan kebijakan moneter untuk memperkuat atau melemahkan dolar AS. Pada tingkat yang paling dasar, kebijakan moneter nantinya berakibat pada pelemahan dolar AS dan berujung pada depresi. Misalnya ketika The Fed menurunkan suku bunga atau menerapkan langkah-langkah pelonggaran kuantitatif seperti pembelian obligasi inilah yang berakibat pada depersi USD.
Pelonggaran kuantitatif ini biasanya terjadi ketika The Fed menurunkan suku bunga sehingga investor terdorong untuk meminjam uang. Dolar AS yang juga disebut dengan the fiat currency ini tidak didukung oleh komoditas seperti emas dan perak sehingga mudah diciptakan. Ketika lebih banyak USD yang beredar, hukum supply dan demand masuk dan akhirnya USD mulai kurang berharga.
-
Faktor Ekonomi yang Membuat Trader Meninggalkan USD – Inflasi
Terdapat hubungan terbalik antara tingkat inflasi AS dengan mitra dagang serta depresi mata uang. Secara relatif depresi mata uang karena inflasi menandakan biaya dan jasa meningkat. Barang-barang yang dijual ke negara lain harganya menjadi cenderung lebih mahal dan kenaikan harga akan menyebabkan menurunnya permintaan. Sebaliknya, barang-barang impor menjadi lebih menarik konsumen dalam negeri.
-
Faktor Ekonomi yang Membuat Trader Meninggalkan USD – Permintaan Mata Uang
Ketika mata uang suatu negara banyak diminati, maka mata uangnya akan menguat. Salah satu cara agar mata uang suatu negara banyak memiliki peminat adalah dengan mengekspor produk ke negara lain dan meminta pembayaran dalam mata uangnya sendiri. Meskipun jumlah ekspor AS tidak melebihi jumlah impor, namun tampaknya negara ini memiliki caranya sendiri untuk menciptakan permintaan global yang tinggi untuk dolar AS. Salah satunya adalah tidak dipungkiri jika dolar AS merupakan mata uang cadangan.
Mata uang cadangan ini digunakan oleh negara-negara di seluruh dunia untuk membeli komoditas yang diinginkan, seperti minyak dan emas. Ketika penjual komoditas menuntut pembayaran dalam mata uang cadangan, maka akan muncul permintaan untuk pembuatan mata uang agar dapat menjaga mata uang tersebut lebih kuat dari seharusnya.
Amerika Serikat memiliki kekhawatiran akan meningkatnya minat terhadap mata uang Yuan China sebagai mata uang cadangan akan mengurangi permintaan terhadap dolar AS. Jika pengurangan USD benar-benar terjadi maka kemungkinan depresi dolar akan terjadi.
-
Faktor Ekonomi yang Membuat Trader Meninggalkan USD – Pertumbuhan Ekonomi yang Berjalan Lambat
Ekonomi suatu negara yang kuat cenderung membuat mata uangnya juga ikut menguat. Sebaliknya, ekonomi yang melemah akan membuat mata uangnya ikut melemah. Menurunnya pertumbuhan dan keuntungan perusahaan dapat menyebabkan investor memindahkan aset yang ditanam ke tempat lain yang lebih menguntungkan.
Minat investor yang berkurang inilah yang nantinya melemahkan nilai mata uang. Para spekulan akan sangat mengantisipasi ketika mata uang yang dimiliki melemah dan tidak segan melawan mata uang tersebut agar kerugian dapat dihindari sebisa mungkin. Hal ini akan semakin menyebabkan pelemahan mata uang lebih jauh lagi.
-
Faktor Ekonomi yang Membuat Trader Meninggalkan USD – Menurunnya Harga Ekspor
Ketika harga untuk produk ekspor jatuh, maka ini akan menyebabkan depresiasi mata uang selanjutnya. Misalnya yang terjadi pada negara komoditas seperti Kanada. Dolar Kanada akan cenderung melemah ketika harga minyak yang merupaka produk ekspor utama negara menurun.
Neraca Perdagangan AS
Negara sama halnya dengan manusia. Pada saatnya mereka akan memiliki pengeluaran lebih banyak dibandingkan dengan yang dihasilkan. Investor yang baik akan mengetahui bahwa hal ini akan memicu timbulnya hutang. Dalam kasus AS, negara bahkan mengimpor lebih banyak dari pada jumlah ekspornya dalam beberapa dekade terakhir. Cara untuk mengatasi kesenjangan dan pemborosan yang ada adalah dengan berhutang.
China dan Jepang merupakan dua negara yang mengekspor sejumlah besar barang ke AS, membantu membiayai belanja defisit AS dengan meminjam uang dalam jumlah besar. Sebagai imbalan dari peminjaman ini AS menerbitkan surat berharga AS Treasury atau juga dikenal dengan IOUs untuk membayar bunga kepada negara-negara yang memegang sekuritas tersebut.
Pada saatnya nanti hutang-hutang ini akan jatuh tempo dan kreditur pasti meminta uangnya kembali. Jika kreditur percaya bahwa tingkat hutang tidak berkelanjutan maka beberapa kalangan percaya bahwa dolar AS akan melemah dan akhirnya mempengaruhi keseimbangan neraca perdagangan.
Banyak faktor yang mempengaruhi nilai mata uang. Depresi dolar AS tergantung dengan banyak hal seperti kebijakan moneter kedua negara, stabilitas politik serta status mata uang cadangan. Para pengamat ekonomi akan secara berhati-hati memantau campuran faktor ekonomi yang selalu berubah dalam upaya menentukan bagaimana dolar bereaksi.