European Security and Markets Authority atau yang biasa disingkat ESMA merupakan kebijakan sekuritas dari pasar Eropa adalah yang mengatur keuangan di wilayah Uni Eropa. ESMA juga merupakan Otoritas Pengawasan Eropa yang kantor pusatnya berada di Paris. ESMA selama ini menjalankan kebijakannya demi melindungi yang ada di dalamnya. Namun pada 1 Agustus 2018 ESMA mengeluarkan pengumuman berupa peraturan baru yang mempengaruhi kinerja para trader.
Pengaruh Kebijakan ESMA Terhadap Forex
Peraturan yang dikeluarkan oleh ESMA dirancang untuk melindungi sebagian besar trader ritel. Peraturan yang dikeluarkan ESMA ini memiliki efek yang sangat besar terhadap broker-broker yang teregulasi di Uni Eropa. Beberapa broker antara lain seperti CySEC, Siprus, FCA Inggris dan lainnya. Kebijakan yang dikeluarkan oleh ESMA merupakan leverage bagi trader ritel. Leverage sendiri merupakan rasio dari pinjaman yang diberikan broker kepada trader. Perubahan leverage ini terlihat pada open posisi yang dibatasi satu banding dua hingga satu banding 30. Padahal sebelumnya broker-broker ini berani menawarkan leverage hingga ratusan.
Penerapan kebijakan ESMA yang baru ini sebenarnya bertujuan untuk meningkatkan standar layanan finansial pada setiap industri. Hal ini juga dapat menjamin kerugian yang mungkin nantinya memiliki resiko yang lebih besar. Aturan batas Stop out akan diterapkan sebesar setengah dari margin minimum yang diperlukan. Stop out sendiri merupakan penutupan paksa yang dilakukan broker ketika klien kehabisan dana hingga tidak dapat melakukan floating. Broker nantinya diwajibkan untuk menawarkan perlindungan saldo negatif agar klien tidak kehilangan aset lebih dari dana deposit yang dimiliki.
Untuk trader profesional batas leverage yang diberikan bisa mencapai 1:500 dengan ketentuan seperti telah melakukan trading dengan rata-rata 10 kali dari setiap empat kuartal terakhir dengan volume yang besar bisa pada instrumen CFD, Spread Betting maupu pada forex. Trader tersebut juga harus memiliki portofolio investasi dengan nilai lebih dari 500 ribu Euro. Terakhir, trader harus memiliki pengalaman minimal setahun dalam bidang keuangan yang berhubungan dengan informasi seputar forex.
Berikut rincian leverage berdasarkan setiap marketnya.
Market
Major FX
Minor FX
Gold
Equity Indices
Commodities
Professional
500:1
500:1
500:1
66:1
50:1
3:1
Retail
30:1
20:1
20:1
20:1
10:1
2:1
Penurunan batas maksimum leverage memang memberikan jaminan perlindungan dari kerugian yang lebih besar kepada para trader yang menggunakan jasa broker sebelumnya. Namun bagi trader ritel yang dananya memang sudah kecil sebelumnya maka penetapan aturan baru leverage ini dapat mengganggu kinerja terutama trader hedging, martingale dan average karena ketika leverage mengecil maka margin minimum dituntut lebih besar. Ketika peraturan ESMA ini diberlakukan maka trader membutuhkan margin yag cukup besar dalam satu kali membuka posisi.
Sebelumnya trader ritel dapat melakukan open posisi dengan menggunakan leverage 1:500 pada pair EUR/USD sebesar 2 Euro pada lot 0.01. Namun ketika kebijakan ESMA dikeluarkan maka margin trading meningkat sebesar 34 Euro dan leverage 1:30. Tidak hanya sampai disini, ESMA bahkan melarang broker bonus, baik untuk tujuan promosi, informasi maupun sekedar riset pasar pada akun ritel. Akibat alasan ini beberapa trader harus memikirkan apakah ia harus tetap berada di broker yang saat ini atau pindah trader yang lain. Jika anda trader ritel yang biasa menggunakan leverage lebih besar dari 1:30 maka anda bisa memilih alternatif untuk pindah dari broker yang regulasinya diluar Uni Eropa.
Namun, sebelum anda memilih untuk tidak terlibat dengan broker diluar broker Uni Eropa, lebih baik pertimbangkan dengan baik. Hal ini dikarenakan broker-broker ini memiliki keunggulan regulasi yang tinggi seperti keamanan dan pemisahan dana nasabah. Broker Uni Eropa juga berada di bawah perlindungan ICF dan FSCS. Broker yang teregulasi dengan CySEC menawarkan dana hingga 20 ribu Euro sedangkan FCA hingga 50 ribu Euro. Salah satu bukti layanan keamanan ini sangat benefit adalah ketika terjadi kasus bom SNB pada Januari 2015 dan menyebabkan banyak broker gulung tikar sehingga klien tetap dapat mengklaim dananya. Solusi lainnya bisa dengan mengurangi posisi atau menambah dana.