Terdapat gejolak yang cukup keras diantara nilai tukar yen dan nilai tukar mata uang lainnya dalam 30 tahun terakhir. Pada awal tahun 1980-an, pasar Yen biasa diperdagangkan pada sebuah tempat antara 200 hingga 270 per dolar. Namun, pada bulan September 1985 ekonomi-ekonomi utama barat berkumpul di New York dan memutuskan untuk mendevaluasi dolar yang dikenal dengan perjanjian Plaza Accord. Perjanjian Plaza Accord memulai trend penguatan yen untuk dekade berikutnya yang berakhir dengan nilai tukar yen mencapai 80 yen terhadap dolar dan merupakan apresiasi yang menakjubkan dalam nilai yen.
Walaupun ada beberapa yang menganggap yen akan menguntungkan bagi pariwisata Jepang dan perusahaan yang melakukan M&A di AS. Sebaliknya hal ini malah dianggap merugikan sektor eksportir yang menjual kepada konsumen Amerika Serikat. Kenaikan tajam dari Yen inilah yang menjadi salah satu faktor utama yang menciptakan bubble pada perekonomian Jepang pada akhir tahun 1980-an yang diikuti oleh dua dekade stagnasi ekonomi serta deflasi harga.
Skenario Nilai Tukar Yen Terhadap Dolar
Banyak perubahan besar yang terjadi pada yen jepang sejak 1995. Setelah Plaza Accord, penguatan terhadap perputaran yen terus terjadi. Hal ini bisa dianggap sebagai salah satu dampak dari volatilitas nilai tukar terhadap ekonomi Jepang. Mari kita menggunakan contoh dasar untuk mengetahui bagaimana besarnya pengaruh nilai tukar terhadap perekonomian Jepang.
Misalnya ada dua pabrik mobil yang menjual produknya ke Amerika Serikat. Pabrik A memproduksi mobilnya di Jepang sedangkan pabrik B mendirikan pabrik di AS dan memproduksi mobilnya di sana. Asumsikan saat ini nilai tukar yen terhadap dolar adalah 120. Biaya yang dikeluarkan perusahaan A untuk memproduksi mobil adalah 1,2 juta yen atau sekitar $10.000 dan perusahaan B juga menghabiskan $10.000 untuk membuat mobil dengan model yang sama di AS. Melihat keduanya yang memiliki kualitas yang sama, membuat kedua produk mobil dijual dengan harga $15.000. Hal ini berarti kedua perusahaan menghasilkan $5.000 atau senilai 600.000 yen.
Sekarang kita bandingkan ketika nilai tukar yen menguat menjadi 100 yen/dolar. Perusahaan A harus menaikan biaya produksi menjadi $12.000 karena penguatan ini. Sedangkan perusahaan B masih memproduksi dengan biaya $10.000 per mobil karena produksi lokal tidak ikut terpengaruh dengan penguatan yang terjadi. Jika mobil dari kedua perusahaan ini tetap dijual dengan harga $15.000 maka perusahaan A akan mendapatakan keuntungan $3.000 per unit yang akan bernilai 300.000 yen pada 100 yen/dolar. Sedangkan pada perusahaan B akan tetap memperoleh keuntungan sebesar $5.000 per unit atau 500.000 yen. Perusahaan B menghasilkan keuntungan yang lebih banyak dalam yen, namun untuk perusahaan A justru sebaliknya. Perusahaan A mengalami penurunan karena nilai tukar yen terhadap dolar AS ini.
Pengaruh Nilai Tukar Yen Terhadap Perekonomian Jepang
Nilai tukar yen selama 10 tahun setelah Plaza Accord dengan volatilitas yang ada membuat banyak pabrik di Jepang mempertimbangkan lagi model ekspor yang mereka gunakan. Hal ini secara tidak langsung akan mempengaruhi profitabilitas Jepang yang tadinya merupakan produsen dengan biaya yang rendah menjadi produsen dengan tenaga kerja yang relatif mahal. Barang-barang produksi ekspor ini juga menjadi lebih murah.
Hal ini juga turut menjadi tantangan politik untuk mengekspor produk ke AS untuk bersaing dengan produk lokal. Orang Amerika menyaksikan perusahaan seperti Sony, Panasonic dan Sharp berhasil mengungguli industri manufaktur televisi lokal. Industri lokal tentunya tidak ingin hal ini terjadi berkepanjangan. Hal ini bisa menyebabkan ketegangan politik seputar perdagangan muncul dan menghambat kinerja ekspor Jepang.
Perusahaan Jepang saat ini memiliki dua alasan bagus untuk membangun pabrik di luar negeri yaitu untuk menjaga kestabilan profitabilitas dalam menghadapi kurs yang tidak stabil dan mengurangi biaya tenaga kerja yang meningkat. Perusahaan Toyota merupakan satu yang telah menerapkan kinerja ini.
Penguatan yen terhadap dolar setelah Plaza Accord dan volatilitas nilai tukar dirumuskan turut mendorong rebalancing industri manufaktur Jepang untuk fokus pada produksi domestik dan ekspor produksi diluar negeri dengan skala besar. Konsumsi domestik mungkin akan terkena dampak negatif dari pergerakan nilai tukar yen yang terjadi tanpa mempengaruhi keuntungan dari produksi luar negeri.