China telah mengakumulasi obligasi Treasury AS selama beberapa dekade. Data perdagangan dari Biro Sensus AS menunjukkan bahwa China telah mengalami surplus perdagangan besar dengan AS sejak tahun 1985. Hal ini menunjukkan China menjual lebih banyak barang dan jasa ke AS daripada AS ke China. Pertanyaannya adalah apakah China yang merupakan negara pusat manufaktur terbesar di dunia dengan ekonomi yang digerakkan oleh ekspor dengan populasi yang sedang berkembang sedang mencoba “membeli” pasar AS melalui akumulasi utangnya? Atau justru ini menjadi kasus penerimaan paksa?
Ekonomi China
China merupakan perusahaan manufaktur dan ekonomi yang digerakkan oleh kegiatan ekspor. Pengekspor China menerima USD dari hasil ekspor barang yang dijual di AS. Akan tetapi, China membayar pekerja dan menyimpan uang sebagai cadangan dalam bentuk Yuan. China lalu menjual USD yang telah diterima yang mengakibatkan meningkatnya pasokan USD sekaligus meningkatkan permintaan Yuan.
Bank Sentral China, PBOC melakukan intervensi aktif untuk mencegah ketidakseimbangan antara USD dan Yuan. China kemudian mencetak Yuan sesuai kebutuhan dan menyebabkan kelangkaan terhadap USD sekaligus membuat suku bunganya menjadi lebih tinggi. China kemudian menyimpan USD sebagai cadangan devisa.
Bisnis China-Amerika Serikat
Strategi China untuk menjaga kestabilan ekonominya adalah dengan mempertahankan pertumbuhan yang didorong sektor ekspor. Ekspor memegang kendali besar dalam menciptakan lapangan kerja sehingga populasi lebih produktif dan terhindar dari pengangguran. China yang banyak bergantung dengan ekspor (sebagian besar ke AS) memerlukan RMB untuk terus menjaga Yuan lebih rendah dari USD dengan cara menawarkan harga yang lebih murah.
Jika ekspor ini kemudian kalah dengan impornya maka RMB akan melakukan koreksi diri dan membuat ekspor China lebih mahal. Ketika ini terjadi maka akan menyebabkan krisis besar dan pengangguran karena hilangnya bisnis ekspor. Inilah alasan China tetap menjaga nilai Yuan lebih rendah dari USD sekaligus mengarahkan USD menjadi cadangan devisa untuk China.
Cara China Memanfaatkan Cadangan USD
China memiliki sekitar 3,13 triliun USD per Februari 2018. China perlu berinvestasi dalam jumlah yang besar untuk membuat negaranya bebas dari resiko yang mungkin nantinya akan timbul. Melihat jumlah USD yang dimiliki China membuat negara ini memilih obligasi Treasury AS untuk menawarkan tujuan investasi paling aman sebagai cadangan devisa. Selain USD, China juga memiliki cadangan dalam bentuk Euro yang dapat menjadi pertimbangan investasi. Bahkan stok USD yang ditumpuk oleh China dapat diinvestasikan untuk mendapatkan hasil yang relatif lebih baik dari utang Euro.
Akan tetapi, sampai sejauh ini China mengakui bahwa stabilitas dan keamanan investasi merupakan prioritas utama. Meskipun Zona Euro telah ada selama sekitar 18 tahun hingga sekarang namun tetap saja belum stabil. Aset seperti real estate, saham dan Treasury negara lain jauh lebih berisiko dibandingkan dengan treasury AS. China berpendapat bahwa uang cadangan forex bukanlah uang kontan yang dapat menjadi jaminan dalam sekuritas beresiko agar dapat return yang lebih tinggi.
Pilihan lain untuk China adalah dengan menggunakan USD di tempat lain, seperti untuk membayar negara-negara Timur-Tengah saat membeli pasokan minyak. Namun, negara-negara tersebut juga perlu menginvestasikan USD yang mereka terima. Penerimaan USD sebagai mata uang internasional ini membuat beberapa cadangan valuta asing suatu negara berupa obligasi Treasury AS sebagai investasi paling aman.
Dampak China Membeli Obligasi Treasury AS
Utang AS atau obligasi treasury AS memang dianggap surga bagi cadangan devisa China. Utang ini bisa menjadi jalan bagi China untuk menawarkan pinjaman kepada AS sehingga AS dapat terus membeli barang-barang yang diproduksi oleh China. Oleh sebab itu, selama China memiliki ekonomi yang digerakkan oleh ekspor dan surplus perdagangan yang besar dengan AS, maka itu akan terus menjadi jalan untuk menumpuk USD.
Situasi ini bisa dianggap win-win solution bagi kedua negara. China mendapatkan pasar untuk produk-produknya dan AS dapat menikmati barang import dengan harga yang murah. Di luar persaingan politik, kedua negara mau-tidak-mau terkunci dalam ketergantungan yang menguntungkan dan berkelanjutan.
Realita geopolitik dan ketergantungn ekonomi sering mengarah pada situasi yang menarik di arena global. Pembelian obligasi treasury AS yang berkelanjutan akan menjadi sebuah skenario yang menarik. Amerika Serikat perlu khawatir karena negaranya rentan dengan tuntutan dari negara kreditur walaupun keduanya berada dalam posisi yang menguntungkan.