Masalah keuangan selalu menjadi topik perbincangan yang umum dibicarakan. Apalagi rate rupiah juga menjadi tolak ukur dalam permasalahan keuangan negara. Dari tahun ke tahun rate rupiah di Indonesia dapat berubah seiring berjalannya waktu. Pada pasca cuti lebaran ini nilai tukar rupiah pada dolar Amerika Serikat dapat menembus 14.000 per dolar. Rupiah dikatakan melemah pada pasca lebaran tahun ini.
Lemahnya rate rupiah ini disebabkan penghambat faktor eksternal yaitu dolar Amerika menguat terhadap perkembangan nilai mata uang pada negara berkembang khususnya Indonesia sendiri. Semula nilai rupiah berada pada level Rp.13.800 lalu naik menjadi Rp.13.900 kemudian sekarang berada di level Rp.14.000 pada hari Kamis tanggal 21 Juni 2018 lalu. Kabarnya nilai rupiah akan terus melemah karena adanya perang dagang antara Amerika Serikat dan China.
DampakNilai Rupiah Melemah
Rate rupiah yang melemah ini dapat menyebabkan sebagian besar bahan pokok mengalami kenaikan harga. Dampak inilah yang sering ditakutkan oleh masyarakat sekitar. Kenaikan harga ini biasanya disebabkan karena impor kebutuhan pokok dari luar negeri. Bahan pokok di Indonesia seperti garam, daging sapi, beras, gula dan bahkan bahan bakar mengalami kenaikan. Di samping itu, bawang putih dan minyak juga mengalami kenaikan. Bank Indonesia menyebutkan bahwa masyarakat Indonesia tak perlu khawatir dengan masalah ini karena fundamental ekonomi milik Indonesia tetap kuat.
Pelemahan Rate Rupiah
Bank sentra Amerika menaikkan suku bunganya dengan masa kenaikan selama tiga sampai empat kali dalam setahun. Hal ini akan berdampak pada melemahnya rate rupiah pada mata uang Indonesia. Karena Indonesia termasuk negara berkembang, maka akan mempermudah dalam pelemahan rate rupiah. Jika nilai rupiah melemah maka akan sulit untuk membaik dalam waktu yang singkat. Diperlukan waktu yang panjang untuk mengembalikan rate rupiah kembali stabil ke sedia kala. Meskipun begitu, Indonesia tetap memiliki ekonomi fundamental dan juga event besar seperti asian game yang akan mengembalikan ekonomi Indonesia berjalan stabil. Hal ini sebanding dengan pada tahun 2015 yang juga melemah. Namun tahun ini tidak setinggi pada tahun 2015 yang mencapai 14.700. Jadi Indonesia akan tetap dapat mengembalikan rate rupiah.
Upaya mengembalikan nilai rupiah agar stabil
Melemahnya rate rupiah ini, menyebabkan Bank Indonesia harus menaikan suku bunga acuannya agar rate rupiah kembali normal. Semula suku bunga acuan berada pada level 4.25 % lalu bank Indonesiapun menaikan menjadi 4.5 % dan pada tanggal 30 Mei lalu suku bunga acuan mencapai angka 4.75 %.Dengan melakukan penaikan suku bunga, maka investasi dalam negeri akan berkembang dengan sangat menggiurkan sedangkan dalam dana luar negeri tidak dikeluarkan secara sia-sia.
Selain Bank Indonesia, pemerintah juga berperan dalam mengembalikan rate rupiah yang menurun adalah meningkatkan pertumbuhan ekonomi pada pertengahan tahun pasca cuti lebaran. Hal ini akan membuat kepercayaan diri dalam berinvestasi semakin meningkat. Tidak hanya peningkatan pertumbuhan ekonomi saja, pemerintah dapat menjaga iklim ekonomi tetap stabil dan kondusif. Untuk menarik investasi dan mendorong UMKM pemerintah juga menurunkan tarif pajak sehingga diharapkan dengan tingginya perkembangan industri kecil juga akan mampu membuat nilai rupiah semakin stabil.
Mudahnya nilai rupiah melemah menyebabkan ekonomi Indonesia ikut melemah. Hal ini akan membuat Indonesia semakin didesak hutang luar negeri. Dengan perkembangan ekonomi yang stabil dan melakukan berbagai upaya untuk mempertahankan nilai rupiah, Indonesia tidak akan khawatir dengan rate rupiah yang melemah. Masyarakat pun tak perlu khawatir akan terjadi kenaikan harga dalam memenuhi kebutuhan pokok mereka.