Keberhasilan utama dalam bertrading adalah ketika prediksi tentang pergerakan harga mata uang yang dilakukan sebelumnya benar. Namun, pergerakan harga yang dimaksudkan ini juga tergantung dengan banyak faktor seperti keadaan ekonomi sebuah negara, peristiwa yang melanda negara yang bersangkutan hingga bagaimana hubungan negara tersebut dengan negara lainnya. Jika ditelisik, maka tidak hanya prediksi harga saja yang mempengaruhi keberhasilan dalam bertrader namun peristiwa atau hal menarik yang terjadi juga dapat mempengaruhi dunia forex.
7 hal yang mewarnai sejarah forex dunia
-
Perjanjian Smithsonian – Desember 1971
Pertemuan ini merupakan salah satu peristiwa penting dalam sejarah perkembangan sistem perdagangan mata uang dunia. Seperti namanya, pertemuan ini dilakukan di Smithsonia pada tanggal 18 Desember 1971. Pertemuan ini dihadiri negara-negara seperti Amerika Serikat, Jerman, Inggris, Italia, Perancis, Kanada, Belanda, Jepang, Swedia, Swiss dan Belgia. Pertemuan ini menghasilkan perjanjian pada beberapa poin penting yang diantaranya yaitu:
– Penurunan sebanyak 8% nilai mata uang Dollar Amerika Serikat
– Peningkatan sebanyak ± 1% menjadi ±2% pada kerja sama perdagangan
– Perubahan acuan nilai dollar Amerika Serikat terhadap nilai emas yang tadinya $35 per ounce menjadi $38 per ounce.
Menariknya, perjanjian ini membuat nilai tukar mata uang dihitung ulang. Sayangnya hasil perjanjian Smithsonian ini tidak mengatasi masalah yang tengah terjadi.
-
European Joint Float – April 1972
Nampaknya apa yang disepakati dalam perjanjian Smithsonian tidak membuahkan hasil yang signifikan walaupun telah disepakati oleh pelaku bisnis dan perdagangan. Negara-negara yang berada di Uni Eropa masih khawatir dengan resiko nilai tukar mata uang terhadap dollar AS. Sebagai upaya untuk mengatasi hal tersebut beberapa anggota Komunitas Ekonomi Eropa yang terdiri dari Jerman Barat, Perancis, Italia, Belgia, Belanda dan Luksemburg pada April 1971 membuat sistem yang dinamai European Joint Float.
Berselang kemudian kedua perjanjian tersebut akhirnya membuahkan hasil. Pasokan mata uang dollar AS meningkat, nilai emas melonjak lebih dari $100 per ounce dan pemerintah dan pihak luar dapat mengendalikan dan menurunkan nilai tukar dollar AS.
-
Bank Sentral Dunia memotong suku bunga – Maret 2016
Pada tahun 2016, topik tentang pemangkasan suku bunga acuan mendadak ramai dibincangkan terutama dalam kaitannya dengan dunia forex. Mulai dari RBNZ yang pada 10 Maret 2016 memotong OCR sebanyak 25 basis poin hingga beberapa kali sampai kini suku bunga berada pada rekor level 1,75%. Pada bulan yang sama, ECB juga memangkas suku bunga positif hingga semakin mengarah ke negatif dan memperbesar stimulus. Seolah ingin turut andil, pada Mei 2016 Australia juga melakukan dua kali pemotongan sepanjang tahun 2016. Sepertinya semua pelaku ekonomi tersebut sepakat dengan menganggap bahwa stimulus moneter sebagai obat paling manjur dalam menggairahkan kembali pertumbuhan ekonomi. Hingga pertengahan 2016, hanya Bank Sentral Inggris dan AS yang menyiratkan bias pengetatan kebijakan moneter dan baru berubah ketika kubu Brexit memenangkan referendum pada 23 Juni di Inggris.
-
Kemenangan Brexit pada referendum 23 Juni – Juni 2016
Kendati persaingan kubu pendukung dan penentang Brexit terjadi semakin ketat, namun kemenangan yang didapatkan oleh kubu pendukung Brexit ini akhirnya mengantarkan Poundsterling jatuh ke level terendah dalam 30 tahun terakhir. Bukan hanya berimbas pada Pounds dan pasar finansial Inggris, namun juga adanya intervensi terhadap Franc Swiss oleh SNB. Namun sepertinya kejadian ini tidak membuat ekonomi Inggris sampai terpuruk. Meskipun bank sentarl sendiri adalah yang mengkhawatirkan dampak Brexit, tetapi ekonomi Inggris belum menunjukan kemerosotan yang signifikan. Kemelut rencana keluarnya Inggris dari Uni Eropa juga masih belum menuai kepastian.
-
Terpilihnya Donald Trump sebagai Presiden AS – November 2016
Terpilihnya Donald Trump sebagai presiden AS yang ke-45 menjadi peristiwa yang cukup menggemparkan pada akhir 2016. Pasalnya banyak yang memprediksi Hillary Clinton dari Partai Demokrat yang akan unggul. Siapa sangka dukungan yang diberikan oleh Electoral College mengalahkan popular vote yang dimiliki oleh Hillary. Dunia perekonomian semakin gempar ketika sebelumnya ada prediksi jika Trump naik menjadi presiden maka dollar akan jatuh. Namun sampai beberapa waktu berlalu, prediksi ini tidak kunjung terjadi. Malah Dollar semakin menguat seiring dengan terpilihnya Trump dan melorotkan mata uang selain dollar, termasuk Yuan yang sempat memiliki sengketa dagang Internasional yang di sulut oleh China sendiri.
-
Pemangkasan produk minyak – November 2016
Pemangkasan produk minyak yang mengakibatkan murahnya harga BBM termasuk di Indonesia tampaknya membuat negara produsen minyak dan pekerja di sektor tersebut menanggung dampaknya. Bahkan Venezuela berada dalam jurang krisis finansial yang parah. Sejak dideklarasikan pada tanggal 30 November 2016, kesepakatan pemangkasan produk minyak oleh negara-negara OPEC merupakan hal yang dinanti khususnya bagi negara produsen minyak non-OPEC. Sejak rangkaian peristiwa itu terjadi, harga acuan minyak Brent dan WTI mapan di atas leel $50. Apabila hal ini terealisasikan maka menjadi kabar baik bagi pasar forex yang juga dipengaruhi oleh pasar komoditas dan suku bunga.
-
Kenaikan suku bunga FED – Desember 2016
Federal Reserve menggoncang pasar dunia dengan menaikan suku bunga sebesar 25 basis poin. Tidak hanya berhenti saat itu, sepanjang tahun 2016 diramalkan akan terdapat setidaknya 4 kali kenaikan suku bunga yang serupa. Kendati demikian, setelah review yang dilakukan oleh FED kemudian, akhirnya hanya 1 kali kenaikan suku bunga yang terealisasikan pada Desember 2016.