Apapun strateginya, dunia investasi tentu memiliki keuntungan dan resiko yang harus diterima. Sehingga hukum yang berlaku adalah semakin besar keuntungan, semakin besar juga resiko. Begitupun dengan forex yang tergolong pada jenis investasi yang cukup beresiko. Hal ini sudah banyak dijelaskan dalam artikel lain. Sebab jika dibandingkan dengan deposito, reksadana, atau saham potensi profit pada forex akan lebih tinggi, begitupun resiko forex trading.
Berbicara mengenai forex trading, artinya Anda juga harus mengetahui mengenai informasi strategi trading yang bisa digunakan, dan informasinya bisa Anda dapatkan melalui beberapa website forex. Kali ini valas online akan memberikan informasi mengenai 2 strategi forex trading yang bisa menjadi pilihan strategi untuk Anda gunakan, yaitu Stochastic dan Stategi Breakout.
FOREX TRADING MENGGUNAKAN STRATEGI STOCHASTIC
Stochastic merupakan indikator oscillator sederhana yang dapat mengukur suatu momentum. Indikator ini pertama kali ditemukan pada akhir tahun 1950-an oleh George C. Lane, sehingga indikator ini sudah digunakan lebih dari 50 tahun. Sampai saat ini stochastic adalah salah satu indikator yang cukup popular dikalangan trader sebab mudah untuk dimengerti dan dipraktekan.
Sebagai salah satu indikator momentum yang memiliki sifat oscillator, stochastic bisa memperlihatkan saat pergerakan harga sudah mencapai kondisi overbought (jenuh beli) atau kondisi oversold (jenuh jual). Jika dibandingkan dengan strategi RSI, stochastic mempunyai kelebihan karena mempunyai signal jual dan beli.
Terdapat cukup banyak variasi dari indikator ini, namun yang sering diprakterkan oleh trader adalah slow stochastic yang mempunyai dua garis kurva yang mirip dengan moving average. Pergerakan kurva ini dibatasi oleh level 0 sampai 100 yang akan menunjukan persentasi dari nilai indikator yang dihasilkan. Dua garis kurva tersbut yaitu %K berwarna biru, dan %D berwarna merah.
%D merupakan nilai moving average dari %K, sehingga akan memperlihatkan pergerakan yang cukup lambat (lagging). Kemudian trader akan memperhatikan ke 2 garis kurva bergerak untuk diindentifikasi perilaku trendnya. Oscillator akan memberikan sinyal saat momentum pergerakan harga dalam keadaan lemah dan merupakan salah satu isyarat bahwa akan terjadi koreksi atau pergantian trend.
Momentum yang bisa menyebabkan bergantinya arah trend jangka pendek bisa terjadi saat 2 garis kurva berpotong. Sinyal bisa didapatkan saat garis %K (biru) memotong garis %D (merah). Anda juga bisa memperbesar sinyal probabilitas dengan cara:
- Melihat potongan garis kurva pada level ekstrem
Tidak perlu merespon tiap sinyal yang muncul, namun Anda bisa mengambil sinyal probabilitas yang dinilai cukup kuat. Contohnya seperti pada indikator oscillator yang dibatasi level 0 sampai 100. Biasanya situasi overbought bisa terjadi jika kurva %K melampaui level 80 dan kondisi oversold terjadi jika kurva %K ada dibawah level 20.
- Menyesuaikan entry dengan trend pada time frame lebih tinggi agar bisa menghindari false signal.
Saat harga sedang berada pada posisi trending dengan cukup kuat, maka time frame yang memiliki indikator stochastic oscillator lebih rendah akan memperlihatkan kondisi overbought, dan itu merupakan false signal. Jika Anda melakukan entry sell, mungking situasinya akan menjadi false sebab uptrend sedang dalam kondisi kuat. Sehingga ada baiknya menunggu stochastic oscillator yang ada pada time frame lebih rendah dan menunjukan kondisi oversold sebagai salah satu buy signal. Bisa dikatakat dalam kondisi ini indikator oscillator memperlihatkan hal tepat untuk melakukan entry.
FOREX TRADING MENGGUNAKAN STRATEGI BREAKOUT
Breakout merupakan suatu kejadian yang terjadi saat harga keluar dari range harga aset yang diperdagangkan dalam beberapa waktu. Breakout juga bisa dipakai untuk menyebut kondisi saat level harga tertentu melewati, baik pada level resistance, pivot points, support atau Fibonacci, dan yang lainnya. Sebenarnya, breakout berlawanan dengan pemahaman mengenai trader harus melakukan sell saat harga tinggi dan buy saat harga rendah.
Pada kondisi breakout, trader justru akan disarankan untuk melakukan sell di bawah level support dan buy di atas level resistance. Apabila melakukan trading dengan cara breakout, maka para trader harus memasuki pasar dengan segera setelah harga berada dalam kondisi breakout dan membiarkan pada posisi terbuka sampai volatilitasnya menurun.
Dalam perkembangan trend pasar, secara umum orang akan berlomba agar bisa melakukan buy saat harga naik. Karena breakout dilakukan dengan cara menunggu pasar untuk mencapai titik resistance kemudian masuk atau buy di atas titik breakout. Jika trend mengalami bullish yang kuat, harga akan mulai bergerak ke titik lebih tinggi. Sebaliknya, orang akan banyak melakukan sell saat harga mulai merosot. Oleh karena itu, posisi sell pada strategi ini digunakan dengan menanti pasar sampai mencapai posisi support tertentu, kemudian masuk dan melakukan sell dibawah titik tersebut. Jika keadaan trend bearish dengan cukup kuat, maka harga akan terus mengalami penurunan sampai level yang paling rendah.
Strategi breakout bisa diterapkan saat hadirnya trend yang cukup kuat ditambah dengan situasi pasar yang ramai. Trend kuat cenderung bisa melewati harga. Anda bisa melakukan ilustrasi ini seperti orang yang memiliki otot dan kuat lalu memukul kayu. Tentunya kayu akan mudah ditembus. Trend dan situasi pasar tersebutlah yang memiliki potensi melewati titik resistance dan support.
Selain itu, kita juga harus menemukan trend yang dinilai kuat sebelum akan melakukan breakout, sebab ini akan memberi probabilitas kesuksesan lebih tinggi. Yang perlu Anda perhatikan adalah bahwa dalam trading kita tidak bisa melihat seberapa banyak volume pada trading yang terjadi pada satu waktu. Cukup berbeda saat melakukan trading kontrak berjangka atau saham. Karenanya trader yang mau melakukan breakout harus memiliki kriteria yang bisa mengindentifikasi bagus atau tidaknya suatu peluang.
Pedoman Menggunakan Strategi Breakout
- Time Frame & Setting Indikator CCI
- Gunakan chart H1 apabilah Anda adalah trader jangka pendek. Jika Anda biasa menggunakan long term, maka time frame yang dianjurkan yaitu D1.
- Indikator CC dapat diletakan pada periode 20.
- Separuh Trading yang Ditutup
Pada umumnya menutup separuh trading adalah mengurangi ukuran posisis saat order sedang berjalan. Sehingga, jika Anda melakukan open posisis dengan 1 lot, maka saat Anda menutup separuh trading artinya Anda sedang mengurangi 0.5 lot dari ukuran trading. Tindakan seperti ini biasa dilakukan ketika posisi pada trading sudah mulai memperoleh profit, namun belum mencapai target. Banyak yang menganggap langka ini adalah keputusan para trader yang takut mendapatkan kerugian, namun sebenarnya tidak seperti itu, karena strategi ini dinilai cukup penting untuk bisa menjaga profit yang sudah bisa dicapai.
Selain 2 strategi diatas, Anda juga bisa memperoleh informasi strategi lainnya pada artikel 4 Strategi Umum Untuk Pelaku Trading Aktif dan Strategi Harian Trading Bagi Trader Pemula.