Venezuela merupakan salah satu negara yang tengah mengalami krisis cukup parah. Hal ini terlihat dengan tingkat inflasi hingga empat kali lipat dan masyarakat yang mengalami kekurangan bahan makanan hingga obat-obatan. Krisis ini memicu banyak pihak yang menyalahkan sistem kontrol mata uang selama 15 tahun terakhir dalam perdagangan dan industri disfungsional. Berbagai masalah inilah yang mungkin kemudian mendorong pemerintahan untuk menciptakan revolusi keuangan terbaru yang lebih baik.
Pada awal tahun 2018 Bank Sentral Venezuela mengumumkan akan mendevaluasi nilai tukar resminya hingga lebih dari 99%. Tidak hanya sampai disitu, rencananya negara ini juga akan meluncurkan platform valuta asing yang disebut dengan DICOM. Menurut bank sentral, lelang pertama yang dilakukan oleh sistem DICOM baru menyumbangkan 30.987,5 boliver per euro atau setara dengan 25.000 per dollar.
Sebelumnya pemerintah Venezuela pernah beberapa kali menciptakan mekanisme pertukaran valuta asing yang serupa dengan DICOM. Sayangnya, hal ini mengalami kegagalan akibat pasokan mata uang yang tersedia kurang stabil. Hal ini malah memunculkan banyak pasar gelap dolar yang banyak diburu oleh orang-orang Venezuela yang ingin membeli dolar dengan harga yang murah demi keuntungan yang lebih besar. Platform valuta asing yang diciptakan oleh pemerintah ini tidak dapat berkelanjutan karena harus bersaing dengan tingkat pasar gelap yang menjamur saat itu.
Sistem Nilai Tukar Boliver
Boliver Venezuela (VEF) yang merupakan mata uang resmi telah berada di bawah sistem yang menaungi selama lebih dari 15 tahun. Kendati sudah beberapa kali mengalami devaluasi secara berkala, mata uang ini dinilai masih terlalu tinggi untuk setara dengan nilai tukar resmi. Venezuela memiliki sistem nilai tukar multi–layered yang cukup kompleks dan berbeda. Sistem nilai tukar Boliver pertama yang ditawarkan merupakan nilai tukar resmi yang ditujukan untuk mengimpor makanan dan obat-obatan. Sistem nilai tukar Boliver kedua terdapat pada sektor prioritas yang berbasis lelang yang disebut dengan SICAD I (Ancillary Foreign Currency Administration System I) dan diikuti oleh SICAD II diperkenalkan pada Maret 2014.
Sebelum DICOM, pemerintah telah mengenalkan nilai tukar yang disebut dengan SIMADI yang disediakan untuk pembelian dan penjualan mata uang asing baik secara perorangan maupun dalam bisnis. Nilai SIMADI dikendalikan sepenuhnya oleh pemerintah. Sayangnya, diluar pengaturan yang ditetapkan oleh pemerintah, pasar gelap harus menjadi kenyataan pahit yang menurunkan nilai dari SIMADI hingga mencapai 900 Boliver ke USD.
Dollar Crunch
Venezuela memang dikenal sebagai salah satu negara mengekspor minyak mentah utama. Sayangnya, negara ini tidak bisa mengimbangi jumlah import yang melingkupi hampir semua aspek. Hal ini menyebabkan jumlah dolar yang diperoleh dari ekpor minyak digunakan untuk menutupi tagihan impornya. Pemerintah telah mengeluarkan Petrodolar dengan tingkat subsidi yang dipertahankan secara artifisial. Sayangnya, “subsidi” dolar ini tidak dapat dirasakan oleh masyarakat luas sehingga menimbulkan masalah ekonomi dan sosial.
Sistem nilai tukar Boliver milik Venezuela memiliki tarif yang berbeda-beda. Meskipun ini bisa dihindari pada impor penting, namun tidak semua bisa mengaksesnya. Masalah keseimbangan juga muncul akibat sistem arbitrase mata uang yang berbeda dengan dolar di dalam negeri.
Misalnya, seorang pengusaha yang berpengaruh mengajukan permintaan kepada pemerintah sebesar $100.000 untuk mengimpor produk obat. Individu perlu membayar $100.000 x 64 = $6.400.000 untuk mendapatkan dolar. Cara mendapatkan keuntungan dari dolar ini dilakukan dengan mengimpor obat senilai $10.000 dan menjual sisa dolar $90.000 x 900 (asumsi) = $81.000.000 VEF.
Jadi, pebisnis ini mendapatkan lebih banyak dari yang diinvestasikan sebelumnya, dengan konsekwensi individu menambahi “kekurangan” obat yang nantinya akan dijual di pasaran dengan harga yang lebih tinggi dan memicu munculnya inflasi.
Overluation mata uang domestik ini tentunya merugikan negara. Ketika kurs resmi telah ditetapkan dan membuka peluang besar devaluasi, banyak orang yang akan menahan dolar. Tujuannya tentu nanti ketika devaluasi benar-benar terjadi baru dolar akan dijual untuk mendapatkan lebih banyak mata uang domestik. Tanpa disadari permintaan terhadap dolar yang langka ini akan menaikan harga di pasar gelap sehingga memicu inflasi dan mendorong harga dolar lebih tinggi. Secara tidak langsung inflasi dan kurs dolar malah saling mendukung satu sama lain.
Pemerintah Venezuela telah lama dikritik karena pengelolaan terhadap mata uangnya. Selama empat tahun terakhir Partai Sosialis yang berkuasa telah menciptakan sistem lelang yang juga gagal menetapkan nilai tukar yang rendah secara artifisial. Pembeli mencari lebih banyak dolar daripada jumlah yang dijual oleh bank sentral. Mekanisme sistem nilai tukar Boliver ini sudah termasuk SITME, SIMADI, SICAD, SICAD II, DIPRO hingga DICOM. Kesenjangan diantara semua pihak harus diseimbangkan untuk memperbaiki kesehatan ekonomi negara dan mengekang arbitrase mata uang serta pasar gelap.